Teknik Fotografi - Exposure (Pencahayaan)

Selamat waktu sekarang buat semua yang baca postingan ini. kenapa waktu sekarang? biar global aje gan, karena ane ga tau ente pada baca ini kapan. hehehe...

Fotografi secara umum diartikan melukis dengan cahaya, karena cahaya dalam fotografi ibarat tinta untuk menulis dan cat untuk menggambar, tanpa cahaya sesuatu yang ente jepret pasti bakal hitam legam, gelap gulita tanpa ada sesuatu apapun yang nongol. Oleh sebab cahaya adalah point utamanya, maka pembahasan pertama untuk motret adalah exposure.

Exposure (pencahayaan) yang tepat akan menghasilkan foto yang bagus secara pencahayaan. Untuk mendapatkan exposure yang tepat maka dilakukan proses metering dengan mengkombinasikan 3 (tiga) elemen pada kamera kita atau lebih dikenal dengan Triangle Photography, yaitu : ISO, rana (shutter speed) dan diagfragma (aperture). Dari ketiga hal ini semuanya berhubungan dengan angka. tenang buat yang baru ga usah bingung, dibaca aje nanti pas praktek juga biasa koq, hehehe...

Oke kita kupas satu-satu ya.

ISO (International Organization for Standardization)
ISO bisa diartikan dengan pengaturan pencahayaan dengan melihat intensitas cahaya pada saat motret. Semakin besar cahayanya semakin kecil angka ISO yang digunakan. Contohnya pada saat motret disiang hari, cahaya yang digunakan adalah cahaya matahari dan cahaya matahari itu besar, maka kita cukup menggunakan ISO yang kecil (100, 200, 400). sebaliknya pada saat motret dimalam hari, cahaya yang digunakan adalah cahaya lampu dan cahaya tersebut lebih kecil dibandingkan cahaya matahari, maka ISO yang digunakan adalah ISO tinggi (1600, 3200, 6400).

Catatan: ISO besar menghasilkan gambar yang berbintik hitam (noise) dan ISO kecil menghasilkan gambar yang lebih halus.

Rana (Shutter Speed)
Jika dalam motret hasil fotomu suka goyang, mungkin pengaturan Shutter Speed-mu terlalu rendah. Karena semakin tinggi angka Shutter Speed, maka semakin cepat juga kamera kita merekam momen yang kita jepret, dan semakin cepat kamera merekam momen maka semakin rendah juga cahaya yang masuk. Begitupun sebaliknya, semakin rendah angka shutter speed yang kita gunakan maka semakin lama kamera kita merekam momen dan cahaya yang masuk semakin banyak.

Catatan: Rana Speed disesuaikan dengan objek foto, jika objeknya cepat seperti mobil yang sedang berjalan maka dibutuhkan rana speed yang tinggi, dan jika objeknya diam rana speed rendah pun tidak jadi masalah.

Diagfragma (Aperture)
Diagfragma bisa diartikan pengaturan bukaan pada lensa kamera kita. Hukum dalam diagfragma, jika angka diagfragma besar berarti lubang pada lensa yang terbuka kecil, dan angka yang kecil berarti lubang yang terbuka besar. Dan jika lubang pada lensa yang terbuka (bukaan) itu besar jumlah cahaya yang masuk besar.


Catatan: Diagfragma rendah digunakan untuk menghasilkan foto-foto yang blur (bokeh), dan semakin tinggi diagfragmanya maka semakin jelas (tanpa blur) foto yang dihasilkan.


PRAKTEK
Sekarang, tinggal dipraktekan dengan memainkan triangle fotografinya. Kombinasikan angka-angka didalamnya untuk mendapatkan hasil exposure yang tepat. nah untuk mengetahui exposurenya sudah tepat atau belum, kita lihat metering exposure pada kamera kita.


Jika jarum yang dibawah berada pas ditengah exposurenya sudah tepat. klo posisinya dikanan atau + berati cahayanya kelebihan (over) dan jika posisinya dikiri atau - berarti cahayanya gelap (under).
Untuk membuatnya pas ditengah, kita tinggal ubah ISO/Rana Speed/Diagfragma.

Kalau ane sih biasanya pilih prioritasnya dulu, jika objeknya gelap ane naikin ISOnya selanjutnya tinggal atur speed dan diagfragma agar exposurenya pas. namun jika objeknya cepat tentu prioritas di rana speed dong, dan jika ingin membuat foto yang jelas atau blur ane prioritaskan dulu diagfragmanya.

Oia tambahan sedikit, foto bagus ga mesti cahaya pas gan. ada beberapa teknik dalam fotografi yang malah exposurenya harus under seperti foto siluet.